KEBUDAYAAN SULAWESI TENGAH
A. SEJARAH
Sejarah dan Budaya
Sulawesi Tengah sebagai Tempat Wisata di Sulawesi – Provinsi Sulawesi Tengah
terdiri atas 11 kabupaten dan 1 kota, 147 kecamatan, dan 1.664 desa/ kelurahan.
Provinsi ini memiliki luas daratan 61.841,29 km2 (BPS 2010), dengan penduduk 2.633.420 jiwa (SP 2010),
dengan tingkat kepadatan penduduk 43 jiwa/ km2. Hal ini merupakan sejarah dan budaya Sulawesi
Tengah sebagai Tempat Wisata di Sulawesi.
Sejarah
Sulawesi Tengah sebagai Tempat Wisata di Sulawesi dengan
wilayah provinsi Sulawesi Tengah sebelum jatuh ke tangan
Pemerintahan Hindia Belanda merupakan sebuah Pemerintahan Kerajaan
yang terdiri atas 15 kerajaan di bawah kepemimpinan para raja yang selanjutnya
dalam sejarah Sulawesi Tengah dikenal dengan julukan Tujuh Kerajaan di Timur
dan Delapan Kerajaan di Barat.
Sejarah
Sulawesi Tengah, semenjak tahun 1905, wilayah Sulawesi Tengah seluruhnya
jatuh ke tangan Pemerintahan Hindia Belanda, dari Tujuh Kerajaan di Timur dan
Delapan Kerajaan di Barat, kemudian oleh Pemerintah Hindia Belanda dijadikan Landschap-landschap atau
Pusat-pusat Pemerintahan Hindia Belanda
Khusus Kota palu dan
suku kaili mempunyai sejarah tersendiri. Dalam perkembangannya
Sejarah Sulawesi Tengah, ketika Pemerintahan Hindia Belanda jatuh dan sudah
tidak berkuasa lagi di Sulawesi Tengah serta seluruh Indonesia, Pemerintah
Pusat kemudian membagi wilayah Sulawesi Tengah menjadi 3 (tiga) bagian, yakni:
1. Sulawesi Tengah bagian
Barat, meliputi wilayah Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan
Kabupaten Buol Tolitoli. Pembagian wilayah ini didasarkan pada
Undang-undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan Daerah-daerah Tingkat II
di Sulawesi.
2. Sulawesi Tengah bagian
Tengah (Teluk Tomini), masuk Wilayah Karesidenan Sulawesi
Utara di Manado. Pada tahun 1919, seluruh Wilayah Sulawesi Tengah
masuk Wilayah Karesidenen Sulawesi Utara di Manado. Pada tahun 1940,
Sulawesi Tengah dibagi menjadi 2 Afdeeling yaitu Afdeeling Donggala yang
meliputi Tujuh Onder Afdeeling dan Lima Belas Swapraja.
3. Sulawesi Tengah bagian
Timur (Teluk Tolo) masuk Wilayah Karesedenan Sulawesi Timur Bau-bau.
Tahun 1964 dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2 Tahun 1964 terbentuklah
Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah yang meliputi empat kabupaten yaitu
Kabupaten Donggala, Kabupaten Poso, Kabupaten Banggai dan
Kabupaten Buol Tolitoli. Selanjutnya Pemerintah Pusat menetapkan
Propinsi Sulawesi Tengah sebagai Provinsi yang otonom berdiri sendiri yang
ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan
Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan selanjutnya tanggal pembentukan
tersebut diperingati sebagai Hari Lahirnya Provinsi Sulawesi Tengah.
Dengan perkembangan Sistem
Pemerintahan dan tutunan Masyarakat dalam era Reformasi yang menginginkan
adanya pemekaran Wilayah menjadi Kabupaten, maka Pemerintah Pusat mengeluarkan
kebijakan melalui Undang-undang Nomor 11 tahun 2000 tentang perubahan atas
Undang-undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Buol, Morowali
dan Banggai Kepulauan. Kemudian melalui Undang-undang Nomor 10 Tahun 2002 oleh
Pemerintah Pusat terbentuk lagi 2 Kabupaten baru di Provinsi Sulawesi Tengah
yakni Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Tojo Una-Una. Kini
berdasarkan pemekaran wilayah kabupaten, provinsi ini terbagi menjadi 10
daerah, yaitu 9 kabupaten dan 1 kota.
Sulawesi Tengah juga
memiliki beberapa sungai, diantaranya sungai Lariang yang terkenal sebagai
arena arung jeram, sungai Gumbasa dan sungai Palu. Juga terdapat danau yang
menjadi obyek wisata terkenal yakni Danau Poso dan Danau Lindu.
Sulawesi Tengah
memiliki beberapa kawasan konservasi seperti suaka alam, suaka margasatwa dan
hutan lindung yang memiliki keunikan flora dan fauna yang sekaligus menjadi
obyek penelitian bagi para ilmuwan dan naturalis.
Ibukota Sulawesi
Tengah adalah Palu. Kota ini terletak di Teluk Palu dan terbagi dua oleh Sungai
Palu yang membujur dari Lembah Palu dan bermuara di laut.
B. BUDAYA
Budaya Sulawesi Tengah sebagai Tempat Wisata di Sulawesi memiliki banyak ragam.
Sulawesi Tengah kaya akan budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Tradisi
yang menyangkut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan
dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengaruh agama.
Karena banyak kelompok
etnis mendiami Sulawesi Tengah, maka terdapat pula banyak perbedaan di antara
etnis tersebut yang merupakan kekhasan yang harmonis dalam masyarakat. Mereka
yang tinggal di pantai bagian barat kabupaten Donggala telah bercampur dengan
masyarakat Bugis dari Sulawesi Selatan dan masyarakat Gorontalo. Di bagian
timur pulau Sulawesi, juga terdapat pengaruh kuat Gorontalo dan Manado,
terlihat dari dialek daerah Luwuk dan sebaran suku Gorontalo di
kecamatan Bualemo yang cukup dominan.
Budaya Sulawesi Tengah ada juga pengaruh dari Sumatera Barat seperti nampak dalam
dekorasi upacara perkawinan. Kabupaten Donggala memiliki tradisi menenun kain
warisan zaman Hindu. Pusat-pusat penenunan terdapat di Donggala Kodi,
Watusampu, Palu, Tawaeli dan Banawa. Sistem tenun ikat ganda yang merupakan
teknik spesial yang bermotif Bali, India dan Jepang masih dapat ditemukan.
Budaya
Sulawesi Tengah pada masyarakat pegunungan memiliki budaya tersendiri yang
banyak dipengaruhi suku Toraja, Sulawesi Selatan. Meski demikian, tradisi,
adat, model pakaian dan arsitektur rumah berbeda dengan Toraja, seperti
contohnya ialah mereka menggunakan kulit beringin sebagai pakaian penghangat
badan. Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu
yang beratap ilalang dan hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga
merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara,
sedangkan Tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung
padi yang disebut Gampiri.
Budaya Sulawesi Tengah yang
dikenal dengan Buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang
dan keraba semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota
pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa. Baju banjara yang disulam
dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut.
Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota
kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi
pakaian adat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar