Rabu, 11 April 2018

Kebudayaan Jambi


KEBUDAYAAN JAMBI


Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah yang terbentang di sekitarnya. Ini menyebabkan keanekaragaman suku, adat istiadat dan kebudayaan dari setiap suku di setiap wilayahnya. Hal ini sungguh sangat menakjubakan karena biarpun Indonesia memiliki banyak wilayah, yang berbeda suku bangsanya, tetapi kita semua dapat hidup rukun satu sama lainnya.

Namun, sungguh sangat disayangkan apabila para generasi penerus bangsa tidak mengtehaui tentang kebudayaan dari setiap suku yang ada. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui dan cukup mengerti tentang kebudayaan dari salah satu suku yang ada di Indonesia, itu juga karena pembahasan yang sering dibahas selalu mengambil contoh dari suku yang itu-itu saja.

Sejak ratusan tahun lalu provinsi jambi dihuni oleh etnis melayu, seperti suku Kerinci, Suku Batin, suku Bangsa Dua Belas, suku Penghulu, dan suku Anak dalam. Namun juga ada etnis pendatang. Perjalanan sejarah yang dialami etnis melayu telah melatar belakangi budaya melayu di Jambi.

Setiap kebudayaan itu bersifat dinamis akan perubahan bahkan mungkin hilang sama sekali. Penyebabnya adalah perkembangan kebudayaan, pengaruh budaya luar, kurangnya kesadaran masyarakat, dan lemahnya jiwa kebudayaan para remaja sebagai generasi penerus nilai-nilai kebudayaan bahkan itu mungkin dan telah terjadi di provinsi jambi.


 KEBUDAYAAN MELAYU JAMBI

Jauh sebelum abad masehi etnis melayu setelah mengembangkan suatu corak kebudayaan melayu pra sejarah di wilayah pengunungan dan dataran tinggi. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu pra sejarah adalah suku Kerinci dan suku Batin. Orang kerinci di perkirakan telah menepati caldera danau kerinci sekitar tahun 10.000 SM sampai tahun 2000 SM. Suku Kerinci dan termasuk juga suku Batin adalah suku tertua di Sumatera. Mereka telah mengembangkan kebudayaan batu seperti kebudayaan Neolitikum.

Kehadiran agama buda sekitar abad 4 M telah mendorong lahir dan berkembangnya suatu corak kebudayaan buddhis. Kebudayaan ini di identifikasikan sebagai corak kebudayaan melayu kuno. Masyarakat pendukung kebudayaan melayu buddis yang masih ada di Jambi adalah suku anak dalam (kubu). Namun peningalan momental kebudayaan melayu Buddishis adalah bangunan candi-candi yang tersebar dikawasan daerah aliran sungai (DAS) batanghari, salah satu di antaranya ialah situs candi muara Jambi. Pada masa kebudayaan buddhis sedang mengalami kemunduran sekitar abad 11-14 M, maka bersamaan waktunya di daerah jambi mulai berkembang suatu corak kebudayaan islam. Kehadiran Islam diperkirakan pada abad 7 M dan sekitar abad 11M Islam mulai menyebar ke seluruh lapisan masyarakat pedalaman Jambi. Dalam penyebaran Islam ini maka pulau berhala dipandang sebagai pulau yang sangat penting dalam sejarah Islam di Jambi. Karena sejarah mencatat bahwa dari pulau berhala itulah agama Islam disebarkan keseluruh pelosok daerah Jambi. Kehadiran Islam ini membawa perubahan mendasar bagi kehidupan social/ masyarakat melayu Jambi. Agama Islam pelan-pelan tapi pasti, mulai mengeser kebudayaan melayu buddhis sampai berkembangnya corak kebudayaan melayu Islam.Kebudayaan daerah tidak lain adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat local sebagai pendukungnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kebudayaan melayu jambi adalah kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah etnis melayu Jambi.


BUDAYA JAMBI

1.) Rumah Adat

Rumah adat Jambi dinamakan Rumah Panggung dengan model kajang lako. Rumah adat tersebut merupakan rumah tinggal yang terbagi dalam 8 ruangan. Ruangan tersebut adalah: pertama Jogan, merupakan tempat istirahat dan menaruh air. Kedua Serambi Depan, merupakan ruangan untuk tamu laki-laki juga ruangan untuk mengaji anak-anak lelaki. Ketiga, Serambi Dalam yang merupakan tempat tidur bagi anak-anak lelaki. Keempat, Ameben Melintang yang merupakan kamar pengantin. Kelima, Serambi Belakang yang merupakan kamar tidur bagi anak-anak gadis. Keenam, Laren yang merupakan tempat menerima tamu wanita dan kegiatan anak-anak remaja putri. Ketujuh, Garang yang merupakan ruangan untuk menumbuk padi sekaligus tempat untuk menampung air. Kedelapan adalah dapur. Ada pula ruangan yag disebut Tengganai, yaitu ruangan yang digunakan untuk pertemuan kaum/ninik mamak.

Baca Juga Rumah Panggung Kajang Leko-Rumah Adat Provinsi Jambi
Secara umum, bubungan rumah Kajang Lako ini mirip dengan perahu. Jika kita cermati, bagian ujung bubungannya memiliki bentuk yang melengkung. Tipologi rumah ini serupa dengan bangsal. Bentuknya empat persegi panjang dengan lebar 9 metr dan panjang 12 meter. Bentuk ini dipilih bukan tanpa arti. Empat persegi panjang mewakili fungsi rumah yang sejalan dengan ajaran agam islam, agama yang dianut oleh suku Bathin di Jambi.

Adapun bagian-bagian utama dari rumah adat Jambi Kajang Lako ini sebagai berikut:

Pertama adalah bubungan atau atap. Bagian ini lazim juga dikenal dengan nama Gajah Mabuk. Nama ini diambil dari pembuat rumah ini yang konon katanya sedang dimabuk asmara namun tidak mendapat restu. Bubungan atau atap ini kadang juga dikenal dengan nama Lipat Kajang atau Potong Jerambah. Atap rumah ini biasanya dibuat dari ijuk atau mengkuang. Ijuk ini dianyam dan selanjutnya dilipat menjadi dua bagian.

Kasau Bentuk. Bagian ini merupakan atap rumah yang ada di ujung paling atas. Kasau Bentuk ini ada di depan dan belakang rumah. Jika diperhatikan, bentuknya miring. Adapun fungsinya unutk mencegah air memasuki rumah di musim penghujan. Kasau Bentuk ini dibikin dengan panjang 60 cm dan lebar yang mengikuti bubungan rumah.
Masinding. Bagian rumah yang satu ini berupa dinding. Umumnya terbuat dari papan. Dinding ini dilengkapi dengan pintu. Uniknya, rumah Kajang Lako ini mengenal 3 macam pintu antara lain pintu masinding, pintu balik melintang serta pintu tegak. Masing-masing pintu ini memiliki karakter masing-masing. Misalnya pintu tegak yang terletak di sebelah kiri rumah. Ia memiliki fungsi sebagai pintu masuk. Meski bernama pintu tegak, namun setiap orang yang melewati bagian ini pasti akan menundukkan badan sebab memang pintu ini dibuat sangat rendah. Alasannya, menundukkan kepala merupakan penghormatan terhadap pemilik rumah. Dengan adanya pintu tegak ini maka setiap yang memasuki rumah “dipaksa” untuk melakukan penghormatan.

 Tiang rumah Kajang Lamo. Umumnya jumlah tiang Kajang Lamo ini berjumlah 30. Ia terdiri atas 6 riang palamban dan 24 tiang utama. Tiang utama ini disusun dalam formasi enam, masing-masing panjangnya sekitar 4,25 meter.
Lantai rumah Kajang Lako. Bagian ini dibuat bertingkat. Pada tingkatan pertama dikenal dengan nama lantai utama. Ia merupakan lantai yang ada pada ruang balik melintang. Ruangan ini tidak ditempati orang sembarang utamanya pada upacara adat. Sementara itu, lantai tingkat selanjutnya dikenal dengan nama lantai biasa. Ia terletak di ruang balik manalam, ruang gaho, palamban dan ruang tamu biasa.

Tabar Layar. Bagian rumah yang satu ini berfungsi sebagai dinding sekaligus penutup rumah bagian atas agar terhindar dari tempias hujan. Tebar Layar ini bisa dijumpai di sebelah kiri dan kanan bangunan rumah. Bahan pembuatan Tabar Layar ini dari papan.
Panteh. Bagian rumah Kajang Lako ini merupakan tempat untuk menyimpan benda-benda. Ia terletak di bagian atas bangunan rumah.

Pelamban. Merupakan bagian dair rumah adat Jambi yang letaknya ada pada bagian paling depan rumah. Ia berada pada ujung sebelah kiri. Palamban adalah bangunan tambahan. Sekilas ia mirip seperti teras. Berdasarkan kepercayaan adat masyarakat Jambi, Palamban ini seyogyanya difungsikan sebagai ruang tunggu untuk tamu yang belum dipersilahkan unutk memasuki rumah.


 2.) Pakaian Adat

Pria dari Jambi memakai mahkota dan kalung bersusun. Ia juga memakai pending dengan keris terselip di depan perut serta gelang emas pada kedua belah lengan dan tangan. Baju dan celananya bersuji dengan model yang khas dan kain songket melingkar di tengah badan.

Pakaian yang dipakai wanitanya serupa benar dengan sang pria seperti mahkota, kalung bersusun, pending serta gelang emas pada kedua belah lengan, tangan dan kaki. Ia juga memakai baju kurung serta kain songket. Pakaian ini dipakai untuk upacara pernikahan.


3.) Tari-tarian Daerah Jambi

1. Tari Sekapur Sirih

Merupakan tari persembahan. Tari adat Jambi ini banyak persamaannya dengan tari Melayu.

2. Tari Selampit Delapan

Merupakan tari pergaulan muda-mudi dan sangat digemari di daerah Jambi.

3. Tari Rangguk

Tarian Jambi yang lincah untuk menyambut tamu.
Skin adalah sejenis keris kecil. Sesuai dengan namanya, tari "skin" menggambarkan ketangkasan kaum wanita dalam ulah keprajuritan. Tari ini merupakan tari kreasi yang tetap memanfaatkan perbendaharaan gerak tari tradisi.

4. Senjata Tradisional

1.) Badik Tumbuk Lada

Badik Tumbuk Lada adalah senjata tradisional khas melayu yang ada di Sumatera dan Kepulauan Riau serta Semenanjung Melayu. Senjata tradisional Jambi ini bentuknya seperti badik khas Sulawesi hanya saja pada sarung Tumbuk Lada terdapat benjolan bundar yang dihias dengan ukiran pahat. Sarung senjata ini dilapis dengan kepingan perak yang diukir dengan pola-pola rumit. Bentuk badik tumbu ladak juga menyerupai keris akan tetapi tidak bergelombang. Senjata tradisional dari Jambi ini pada zaman dulu dipergunakan untuk berburu dan berperang. Namun selain untuk berperang Tumbuk Lada pada zaman dulu juga menjadi salah satu kelengkapan pakaian adat di Jambi, Kepulauan Riau, Deli, Siak dan Semenanjung Tanah Melayu.

 2.) Keris Siginjai

Keris Siginjai adalah senjata tradisional Jambi yang dikenal milik Raja Rangkayo Hitam, seorang raja Jambi yang gagah berani. Disebut Siginjai karena keris ini dahulu sering disimpan dirambut Rangkayo Hitam  sebagai tusuk konde (Ginjai). Sehingga kelamaan keris ini disebut keris siginjai.

Keris Siginjai ini terbuat dari bahan-bahan berupa kayu, emas, besi, dan nikel. Bilah/Wilahan Keris Siginjai panjang lebih kurang 39 cm dan berlekuk (luk) 5. keris Siginjai tidak telah menjadi lambang mahkota kesultanan Jambi sebagai lambang pemersatu rakyat Jambi. Sultan terakhir yang memegang benda kerajaan itu adalah Sultan Achmad Zainuddin pada awal abad ke 20.

3.) Sumpit Suku Kubu

Sumpit sebagai senjata tradisional banyak dipergunakan oleh suku adat yang ada di Indonesia. Tidak terkecuali di Jambi. Di Suku Kubu terdapat sumpit yang dipergunakan masyarakat untuk berburu binatang.

4.) Keris Senja Merjaya

Keris Senja Merjaya menjadi koleksi Museum Nasional juga pada November 1904 dengan nomor inventaris 10920 (E 264). Undang-Undang Piagam dan Kisah Negeri Jambi” menyebut keris Senja Merjaya merupakan keris pemberian Sultan Palembang kepada Pangeran Ratu Anom Martadiningrat sebagai hadiah perkawinannya dengan putri Palembang.

5.) Suku

Suku dan marga yang terdapat didaerah Jambi adalah: Melayu, Kerinci, Kubu, Penghulu, Bajau, Batin, Suku Anak Dalam dan lain-lain.

6.) Bahasa Daerah

Bajau, Melayu, Kubu, dan lain-lain.

7.) Lagu Daerah

Batanghari
Dodoi Si Dodoi
Pinang Muda
Selendang Mayang
Timang Timang Anaku Sayang,dll

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kebudayaan Aceh

KEBUDAYAAN ACEH BAHASA ACEH Diantara bahasa-bahasa daerah yang terdapat di provinsi NAD, bahasa Aceh merupakan bahasa daerah ter...