KEBUDAYAAN NUSA TENGGARA BARAT
Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah salah satu provinsi yang
terletak di sebelah timur Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasca
diproklamirkan kemerdekaan, NTB dalam pemerintahannya banyak terjadi dinamika
(perubahan). Setelah melalui ikhtiar yang panjang, akhirnya melalui UU Nomor 64
Tahun 58 tanggal 14 Agustus 1958 NTB resmi berdiri menjadi salah satu bagian
dari provinsi di Indonesia dengan gubernur pertamanya, yaitu AR. Moh. Ruslan
Djakranigrat.
Meski
secara yuridis pembentukan provinsi NTB terjadi pada tanggal 14 agustus 1958,
namun penyelenggaraan pemerintahannya masih menggunakan Undang-Undang lama yang
dibuat saat Indonesia masih menjadi RIS (Republik Indonesia Serikat). Adanya
tumpang tindih ini berlangsung selama kurang lebih tiga bulan, yaitu sampai
tanggal 17 Desember 1958.
Pada
tanggal yang sama, terjadi pula likuidasi atas daerah Lombok dan Sumbawa
sehingga masuk ke dalam wilayah NTB sehingga menjadi seperti saat ini dengan
ibu kotanya adalah kota Mataram yang berada di pulau Lombok. Hari likuidasi
inilah yang secara resmi menandai terbentuknya Provinsi NTB hingga saat ini.
Berdasarkan
geografisnya, provinsi NTB terdiri dari dua pulau, yaitu:
1. Pulau
Lombok
Lombok
adalah nama sebuah pulau yang kini menjadi salah satu bagian dari provinsi NTB.
Pulau Lombok termasuk pulau yang kecil di kepulauan nusantara, namun bagi
provinsi NTB merupakan salah satu pulau yang besar.
Pulau
Lombok luasnya sepertiga dari luas pulau Sumbawa, namun penduduknya lebih
banyak dibanding dengan penduduk pulau Sumbawa. Lombok Berasal dari bahasa
sasaq “Lombo”
yang artinya “lurus”, namun banyak orang yang salah mengerti. Lombok diartikan
“cabe” sehingga banyak orang yang mengartikan pulau Lombok sebagai “Pulau
Pedas”, padahal cabe dalam bahasa sasak/lombok adalah “sebia” (dibaca “sebie”)
2. Pulau
Sumbawa
Sumbawa
adalah sebuah pulau yang terletak di Provinsi NTB. Pulau ini dibatasi oleh
selat alas di sebelah barat (memisahkan dengan Pulau Lombok) selat sape di
sebelah timur (memisahkan dengan Pulau Komodo), Samudera Hindia di sebelah
selatan serta laut Flores di sebelah utara. Kota terbesarnya adalah Bima yang
berada di bagian timur pulau ini.
Samawa adalah sebutan Sumbawa yang biasa digunakan oleh penduduk
lokal Sumbawa. Berubahnya kata samawa menjadi
Sumbawa lebih dipengaruhi oleh penjajahan Belanda pada masa lampau, tepatnya
pada zaman kolonial Belanda.
Penjajah
Belanda menyebut Samawa dengan kata
Zhambava dan seiring waktu dan juga penyebutan dengan lidah Indonesia Zhambava
menjadi Sumbawa. Sama halnya dengan daerah-daerah lain di Indonesia, seperti
Jawa menjadi Java.
Selain
memiliki dua pulau, Provinsi NTB juga memiliki tiga suku yang tersebar di pulau
Lombok dan pulau Sumbawa, yaitu Sasaq di Lombok, Samawa di
Sumbawa, dan Mbojo di Bima. Tiga suku tersebut
lebih dikenal di NTB dengan istilah SASAMBO.
NTB bisa
dibilang relatif kecil jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi yang lain di
Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, dsb. Walaupun demikian, NTB
sangat terkenal (famous) dengan keindahan-kindahan alamnya
seperti pantai, gunung, dan air terjun (water fall)-nya,
sehingga tidak sedikit wisatawan lokal maupun asing yang terhipnotis dengan
keindahan alamnya. Dan inilah yang menjadi nilai plus bagi Provinsi yang
penduduknya mayoritas muslim ini.
Tidak
hanya itu, NTB juga terkenal dengan keanekaragaman budayanya. Misalnya budaya peresean yang
menjadi budaya masyarakat Sasaq di Pulau
Lombok yang
sekaligus juga menjadi destinasi berwisata para wisatatawan mancanegara. Budaya
yang satu ini merupakan sebuah seni bela diri tradisonal peninggalan dari nenek
moyang masyarakat sasaq yang
diperankan oleh dua orang yang disebut pepadu.
Seni bela
diri tradisional ini menggunakan rotan sebagai pemukul yang masyarakat sasaqmenyebutnya
dengan istilah penjalin yang ujungnya dilapisi
balutan aspal dan pecahan beling yang ditumbuk halus, dan perisai sebagai
pelindung yang dikenal dengan istilah ende yang terbuat
dari kulit sapi atau kulit kerbau.
Acara
budaya peresean ini
telah berlangsung secara turun temurun sejak ratusan tahun yang lalu, dan acara
ritual adat peresean ini dahulu biasanya digelar
disaat musim kemarau tiba untuk memanggil hujan. Oleh karena itu, Tradisi atau
budaya peresean ini
sangat disakralkan oleh masyarakat suku sasaq di Lombok, tapi karena sesuai
dengan perkembangan zaman dan dinamikanya maka, penggelaran tradisi presean saat
ini digelar pada event-event tertentu saja tanpa ada motif untuk memanggil
hujan, seperti pada perayaan HUT kemerdekaan Republik Indonesia, Hari jadi
kabubaten/kota di pulau Lombok, dan pada saat menjelang bulan Ramadhan.
Tradisi peresean diyakini
oleh masyarakat sasaq sebagai ajang untuk
membuktikan kejantanan seorang pria, oleh karena itu peresean dilakukan khusus
oleh orang pria saja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar