Jumat, 30 Maret 2018

Kebudayaan Sulawesi Utara




KEBUDAYAAN SULAWESI UTARA 


A. SEJARAH 

Provinsi Sulawesi Utara adalah wilayah provinsi di ujung utara Pulau Sulawesi, berbatasan langsung dengan Negara Filipina.  Provinsi ini memiliki latar belakang sejarah yang cukup panjang sebelum ditetapkan menjadi Provinsi Daerah Tingkat I.  Dalam sejarah pemerintahannya, daerah ini beberapa kali mengalami perubahan administrasi pemerintahan seiring dengan dinamika penyelenggaraan pemerintahan bangsa.

Pada permulaan Kemerdekaan Republik Indonesia, daerah ini berstatus Keresidenan yang merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi yg beribukota Makassar dengan Gubernur yaitu DR.GSSJ Ratulangi.  Kemudian sejalan dengan pemekaran administrasi pemerintahan daerah-daerah di Indonesia, maka melalui Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 1960 Propinsi Sulawesi dibagi menjadi dua propinsi administratif yaitu Propinsi Sulawesi Selatan-Tenggara dan Propinsi Sulawesi Utara-Tengah.  Untuk mengatur dan menyelenggarakan kegiatan pemerintahan maka AA Baramuli SH ditunjuk menjadi Gubernus Sulutteng berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor.122/M Tahun 1960 tanggal 31 Maret 1960, sementara Letkol FJ Tumbelaka menjadi wakil Gubernur.

Sembilan bulan kemudian Propinsi Administratif Sulawesi Utara-Tengah ditata kembali statusnya menjadi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1960. Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Sulutteng meliputi; Kotapradja Manado, Kotapraja Gorontalo, dan delapan Daerah Tingkat II masing-masing; Sangihe Talaud, Gorontalo, Bolaang Mongondow, Minahasa, Buol Toli-Toli, Donggala, Daerah Tingkat II Poso, Luwuk/ Banggai. Sementara itu, DPRD Propinsi Sulawesi Utara-Tengah baru terbentuk pada tanggal 26 Desember 1961.

Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 tanggal 23 September 1964 Pemerintah menetapkan perubahan status Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dengan menjadikan Sulawesi Utara sebagai Daerah Otonom  Tingkat I, dengan Manado sebagai Ibukotanya.  Adapun FJ Tumbelaka ditunjuk menjadi  gubernur pertamanya.  Sejak saat itu, secara de facto Daerah Tingkat I Sulawesi Utara membentang dari Utara ke Selatan Barat Daya, dari Pulau Miangas di ujung utara Kabupaten Sangihe Talaud sampai Molosipat di bagian Barat Kabupaten Gorontalo.  Momentum diundangkannya Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 itulah yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya Daerah Tingkat I Sulawesi Utara.  Adapun daerah tingkat II yang masuk dalam wilayah Sulawesi Utara yaitu; Kotamadya Manado, Kota Madya Gorontalo, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bolaang Mongondow, dan Kabupaten Sangihe Talaud.

Selanjutnya, seiring dengan nuansa reformasi dan otonomi daerah, maka melalui Undang-undang No. 38 tahun 2000 dibentuk Provinsi Gorontalo sebagai hasil pemekaran dari  provinsi Sulawesi Utara.  Dengan adanya pemekaran tersebut maka wilayah Sulawesi Utara pun berubah menjadi Kota Manado, Kota Bitung, Kab. Minahasa, Kab. Sangihe dan Talaud dan Kab. Bolaang Mongondow. Lalu berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2002, provinsi Sulawesi Utara ketambahan satu kabupaten lagi yaitu Kabupaten Kepulauan Talaud yang merupakan hasil pemekaran Kabupaten Sangihe Talaud.

Sekitar setahun berikutnya, dibentuk Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon berdasarkan Undang-undang No.10 Tahun 2003 serta Kabupaten Minahasa Utara berdasarkan Undang-Undang No. 33  Tahun 2003.  Ketiga kabupaten tersebut merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Minahasa.  Kemudian pada tahun 2007 ketambahan lagi 4 lagi kabupaten/kota yakni Kota Kotamobagu (berdasarkan UU No. 4 Tahun 2007), Kab. Minahasa Tenggara (UU No. 9 Tahun 2007), Kab. Bolaangmongondow Utara (UU No. 10 Tahun 2007), serta Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang, dan Bintaro atau disingkan Kabupaten Sitaro (UU No. 15 Tahun 2007).  Dan pada tahun 2008 terbentuk pula dua kabupaten baru, yakni Kabupaten Bolaang Mongondow Timur berdasarkan UU No. 29 Tahun 2008 dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan berdasarkan UU No. 30 Tahun 2008.  Keduanya merupakan pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow.
Dari beberapa kali  pemekaran tersebut, saat ini Provinsi Sulawesi Utara memiliki 15 kabupaten/kota  dengan total luas wilayah 15.364,08 km2 dan jumlah penduduk pada 2010 sebanyak 2.270.596 jiwa


Luas wilayah dan jumlah penduduk :

Nama Resmi :Provinsi Sulawesi UtaraIbukota :Manado Luas Wilayah :13.851,64 Km2  Jumlah Penduduk :2.422.345 Jiwa
Suku Bangsa:Bolaang Mongondow, Minahasa, Sangihe Talaud.Agama:Islam : 617.059 jiwa, Kristen Protestan: 1.371.113 jiwa, Katholik : 128.529 jiwa, Budha :  11.646 jiwa, Hindu : 28.05 jiwa.Wilayah Administrasi:Kab.:11,  Kota : 4,
Kec.: 156, Kel.: 327,  Desa : 1.307  
Lagu Daerah:Si Patokan, O Ina Keke


Kepala daerahnya tahun 2014 :

Drs. Sinyo Harry Sarundajang (lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara, 16 Januari 1945; umur 69 tahun) adalah Gubernur Sulawesi Utara saat ini yang menjabat sejak tahun 2005. Pada pemilihan Kepala Daerah Sulawesi Utara 2005-2010, ia berpasangan dengan Freddy Harry Sualang. Pada pemilihan Kepala Daerah Sulawesi Utara 2010-2015, ia berpasangan dengan Djouhari Kansil.



B. KEBUDAYAAN SULAWESI UTARA

Provins Sulawesi Utara mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang sebelum daerah yang berada paling ujung utara Nusantara ini menjadi Provinsi Daerah Tingkat I. Pada permulaan Kemerdekaan Republik Indonesia, daerah ini berstatus Keresidenan yang merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 1960 Provinsi Sulawesi dibagi menjadi dua bagian iaitu, Provinsi Sulawesi Selatan-Tenggara dan Provinsi Sulawesi Utara-Tengah. Gabenor pertama Provinsi Sulawesi Utara-Tengah adalah MR. A.A. Baramuli dan Wakil Gabenor Latkol F.J. Tumbelaka. 

Wilayah Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah adalah Kotapraja Manado, Kotapraja Gorontalo, dan delapan Daerah Tingkat II masing-masing Sangihe Talaud, Bolaang Mongondow, Minahasa, Gorontalo, Buol Toli-Toli, Donggala, Poso dan Luwuk/Banggai. Pada tanggal 23 September 1964, di saat Pemerintah Republik Indonesia memberlakukan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964 yang menetapkan perubahan status Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dengan menjadikan Sulawesi Utara sebagai Daearh Otonom Tingkat I, dengan Manado sebagai Ibukotanya. Sejak saat itu, secara de facto Daerah Tingkat I Sulawesi Utara membentang dari Utara ke Selatan Barat Daya, dari Pulau Miangas ujung utara di Kabupaten Sangihe Talaud sampai Molosipat di bagian Barat Kabupaten Gorontalo.

Dalam perjalanan panjang sampai dengan Tahun 2000, Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Utara terdiri dari 5 Kabupaten dan 3 Kotamadya, iaitu : Kabupaten Minahasa, Bolaang Mongondow, Gorontalo, Sangihe dan Talaud, Boalemo serta Kotamadya Manado, Bitung dan Gorontalo.

Selanjutnya seiring dengan Nuansa Reformasi dan Otonomi Daerah, maka telah dilakukan pemekaran wilayah dengan terbentuknya Provinsi Gorontalo sebagai hasil pemekaran dari Provinsi [Sulawesi Utara malalui Undang-Undang No. 38 Tahun 2000. Pada tahun 2002 dan 2003 Provinsi Sulawesi Utara ketambahan Kabupaten Talaud berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 2002 yang merupakan hasil pemekaran Kabupaten Sangihe dan Talaud dan Undang-Undang Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2003 serta berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2003 terbentuk juga Kabupaten Minahasa Utara. Ketiga daerah tersebut adalah hasil pemekaran Kabupaten Minahasa. Akibat adanya pemekaran Provinsi Gorontalo dan ketambahan Kabupaten dan Kota, maka Provinsi Sulawesi Utara menjadi delapan wilayah administrasi Kabupaten/Kota


Sistem peralatan hidup :

1. Pakaian Adat Sulawesi Utara :

Pakaian adat dari Sulawesi Utara sering disebut dengan pakaian Sangihe.Pakaian adat suku bangsa Sangihe Talaud sejak dulu menggunakan bahan serat kofo.Kofo atau fami manila adalah sejenis pohon pisang yang banyak tumbuh di daerah Sangihe talaud yang berikim tropis Seratnya diambil untuk menghasilkan benang kofo.Benang kofo ditenun dengan alat tenun yang disebut “kahuwang”.Pakaian adapt Sangihe Talaud disebut “laku tepu”.Laku artinya pakaian ,sedang tepu artinya agak sempit,maksudnya pakaian yang bagian lehernya agak sempit atau tidak terbuka.

Busana Wanita. Laku tepu yang bentuknya memanjang dari leher sampai di betis ,merupakan baju terusan terbuat kain kofo.Pada bagian leher terdapat lipatan berbentuk segitiga atau huruf V,sebesar ukuran kepala agar mudah memakainya. Kahiwu atau kain sarung.Kahiwu juga dibuat dari kain kofo,merupakan pelapis bagian dalam yang diikat dipinggang.Kahiwu mempunyai lipatan seperti kain(wiron)terletak agak kekiri disebut “leiwade”.Lipatan untuk rakyat biasa berjumlah 5 lipatan dan untuk bangsawan 7 atau 9 lipatan.Bandang.Bandang ialah selembar kain kofo yang berukuran panjang 1,5 meter dengan lebar kira-kira 5 sentimeter.Pemakaiannya diletakkan di bahu kanan dan ujungnya diikat pada pinggang sebelah kiri.Bandang digunakan oleh wanita biasa,sedangkan wanita keturunan bangsawan menggunakan“kaduku atau animating” ,adalah selembar kain kofo dengan ukuran yang sama seperti bandang,hanya perbedaannya tergantung dari cara mengikat.Kaduka atau animating kegunaannya untuk memperindah Laku Tepu dan melambangkan derajat sosial masyarakat. Boto Pusige (konde) atau sanggul Pusige artinya ubun-ubun kepala.Boto Pusige artinya sanggul yang terletak pada ubun-ubun kepala wanita.Sanggul ini biasanya dibuat dari rambut wanita sendiri diatas kepala.Semakin tinggi Boto Pusige semakin indah. Untuk menjaga agar Boto Pusige tetap kuat digunakan Sasusu Boto (tusuk Konde) yang ditusukkan dari sebelah kanan sampai kiri.

Busana Pria. Pakaian laki-laki juga disebut Laku Tepu,perbedaannya bagian lehernya berbentuk setengah lingkaran,berlengan panjang dan panjang pakain sampai ketumit.Laku tepu yang panjang berfungsi menutupi tubuh,melambangkan keagungan masyarakat Sangihe Talaud.Paporong atau pengikat kepala menggunakan bahan dari kain kofo dengan ukuran 1 kali 1 meter.Paporong dibentuk segitiga sama sisi,alasnya dilipat tiga kali dengan lebar 3 sampai 5 sentimeter.Paporong diikat pada bagian kepala menutupidahi.Paporong untuk laki-laki disebut paporong lingkaheng dan untuk keturunan bangsawan disebut paporong Kawawantuge.Popehe(pengikat pinggang), bahan dari kofo ukuran 1,5 sentimeter panjang dan lebar 5 cm.Popehe diikat pada pinggang pengantin pria pada sebelah kiri dan ujungnya terurai kebawah.Fungsinya memperindah laku tepu sekalgus mengatur Laku Tepu apabila kepanjangan dapat diatur dengan menarik keatas.Popehe juga memiliki makna membangkitkan semangat dalam melaksanakan tugas ataupun mengatasi berbagai rintangan.


2. Senjata Adat Sulawesi Utara:

Senjata Tradisional : Keris, Peda, Sabel


3. Makanan Adat Sulawesi Utara :

Resep ikan mas bumbu woku


4. Rumah Adat Sulawesi Utara  :

Rumah adat suku Minahasa dari Provinsi Sulawesi Utara  disebut Rumah Pewaris  atau Walewangkoa. 


Sistem kekerabatan :

Berikut adalah sistem kekerabatan di masyarakat Karo atau sering disebutDaliken Sitelu atau Rakut Sitelu. Tulisan ini disadur dari makalah berjudul “Daliken Si Telu dan Solusi Masalah Sosial Pada Masyarakat Karo : Kajian Sistem Pengendalian Sosial” oleh Drs. Pertampilan Brahmana, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Secara etimologis, daliken Sitelu berarti tungku yang tiga (Daliken = batu tungku, Si = yang, Telu tiga). Arti ini menunjuk pada kenyataan bahwa untuk menjalankan kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak lepas dari yang namanya tungku untuk menyalakan api (memasak). Lalu Rakut Siteluberarti ikatan yang tiga. Artinya bahwa setiap individu Karo tidak lepas dari tiga kekerabatan ini. Namun ada pula yang mengartikannya sebagaisangkep nggeluh (kelengkapan hidup).


Sistem mata pencaharian :

Struktur ekonomi provinsi Sulawesi Utara tahun 2005 ini didominasi oleh sektor pertanian dengan peranan sebesar 20,29 pesen, diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 17,06 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 16,15 persen, sektor bangunan 16,13 persen, sektor angkutan dan komunikasi 9,77 persen serta sektor industri pengolahan 8,88 persen, untuk sektor lain peranannya tehadap perekonomian Sulawesi Utara di bawah 4 persen. Seiring dengan perekonomian Sulawesi Utara, PDBR perkapita mengalami peningkatan secara signifikan, dimana untuk tahun 2004 sebesar 5,84 juta rupiah di tahun 2005.


Bahasa

Penduduk Sulawesi Utara terdiri atas 3 etnis dan bahasa yang berbeda-beda, yaitu :

Suku Minahasa
(Toulor, Tombolu, Tonsea, Tontenboan, Tonsawang, Ponosokan, dan Batik)

Suku Sangine dan Talaud
(Sangie Besar, Siau, Talaud)

Suku Bolaang Mongindow
(Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang)

Walaupun demikian,Bahasa Indonesia digunakan dan dimengerti
dengan baik oleh sebagian besar penduduk Sulawesi Utara didominisi oleh :
       -Suku Minahasa (33,2%)
       -Suku Sangir (19,8%)
       -Suku Bolaang Mangondow (11,3%)
       -Suku Gorontalo (7,4%)
       -Suku Totemboan (6,8%)
Bahasa daerah Manado menyerupai Bahasa Indonesia tapi denganlogat yang khas.
Beberapa kata dalam dialek Manado berasal dari Bahasa Belanda dan Portugis karena daerah ini merupakan wilayah jajahan Belanda dan Portugis.


 5. Kesenian :

Pada era modern seperti pada saat ini,musik merupakan salah satu pelepas penak disela-sela aktivitas kita.Perkembangan musikpun pada saat ini sangat terasa,apalagi dengan bermunculannya aliran-aliran musik yang baru dan lebih modern.Yang kita bisa lihat sekarang yaitu adanya boyband dan girlband yang memadukan musik RnB dengan gerakan tubuh yang inovatif dan kreatif.
Namun dengan perkembangan musik saat ini seakan menghilangkan kesenian musik juga tari-tarian yang ada dinegara bahkan lebih khusus yang ada didaerah kita Sulawesi Utara.Jika ini terus berlangsung mungkin anak dan cucu kita tidak bisa lagi merasakan dan melihat kesenian musik juga tari-tarian yang ada di Sulawesi Utara.   Untuk itu saya menulis artikel ini untuk mengingat bahwa kita memiliki kesenian musik dan tari-tarian tradisional yang sebenarnya tidak kalah dengan yang ada pada zaman ini.SENI MUSIK   Seni musik terdiri atas tiga jenis yakni musik vokal, musik instrumen, dan gabungan musik vokal dan instrumen.Pada bagian ini dikemukakan profil musik instrumental tradisional di Sulawesi Utara.1. Musik Bambu Seng Klarinet.

Musik bambu seng klarinet termasuk alat musik tiup.Dan musik bambu tersebut telah berkembang.Perkembangannya adalah meliputi bahan baku ditambah dengan seng dan tembaga.Sedangkan alatnya berkembang klarinet,tambur dan lain-lain.Musik bambu seng klarinet dimainkan oleh sekitar 40 orang dan dipakai sebagai hiburan masyarakat, 
pengiring pengantin, penjemput tamu, pengiring tari, bahkan mengisi acara upacara adat.

Kolintang.
Kolintang merupakan jenis alat
musik yang dimainkan dengan cara di pukul menggunakan kayu.Kolintangpun sering disebut-sebut sebagai salah satu alat musik kebanggaan Sulawesi Utara,dan pernah mendapatkan pengakuan dari salah satu komponis ternam jepang Kitaro.
Kolintang sendiri terbuat dari kayu cempaka atau sejenisnya, sering dipakai
untuk pagelaran serta pengisi upacara resmi,dan dimainkan oleh sekitar 7 orang

SENI TARI
Seni tari digolongkan menjadi tiga yaitu tari-tarian tradisional, tari-tarian tradisional kreasi baru,dan tari-tarian kreasi baru.Dan yang akan dibahas pada bagian ini akan diambil dari tari-tarian tradisional.

Tari Maengket
Istilah Maengket diambil dari kata Ma-yang artinya"sedang melaksanakan"dan Engket yang adalah angket suara menyanyikan duluan.Maengket merupakan tradisi-tradisi masyarakat yang selalu dilaksanakan pada upacara-upacara antara lain Makamberu,Maramba',dan Lalayaan.Maengket sendiri diiringi iringan tambor(gong kecil),dengan mengenakan pakaia daerah minahasa,rambut dikonde pingkan dan dipimpin oleh seorang kapel yang anggotanya berpasang-pasangan pria dan wanita(kurang
lebih 10 pasang) dan dipakai untuk penyambutan,acara pernikahan ,dll.Dengan melihat artikel ini,marilah kita tunas-tunas bangsa senantiasa melestarikan budaya yang ada,khususnya yang ada di Sulawesi Utara .


Sistem
 religi
Mayoritas penduduk disana beragama Kristen dan Katolik. Sejumlah besar gereja dapat ditemui di seantero kota. Meski demikian, masyarakat Manado terkenal sangat toleran, rukun, terbuka dan dinamis. Karenanya Kota Manado memiliki lingkungan sosial yang relatif kondusif dan dikenal sebagai salah satu kota yang relatif aman di Indonesia. Hal itu tercemin dari semboyan masyarakat sekitar yaitu Torang Samua Basudara (Kita Semua Bersaudara).

Kebudayaan Sumatera Barat


KEBUDAYAAN SUMATERA BARAT

A. SEJARAH

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di pulau Sumatera yang dikenal dengan nama Bumi Minang. Dimana penduduk asli Minangkabau awalnya berasal dari dua kelarasan (lareh) atau suku,   yang dibawa oleh Datuak, datuak ialah seorang pemimpin yang berasal dari Sumatera Barat. Menurut sejarah, suku awal tersebut ialah Koto Piliang yang dibawa oleh Datuak Katumangguangan dan Bodi Chaniago oleh Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Kemudian kedua suku tersebut berkembang menjadi banyak suku yang sekarang telah menyebar di seluruh ranah minang.

Pada awalnya, Minangkabau terdiri dari tiga luhak, luhak ialah wilayah konfederasi dari beberapa nagari di Minangkabau yang terletak di pedalaman Sumatera Barat. Pertama luhak tanah data, luhak agam, dan luhak limo puluah koto.


1     1. Luhak Tanah Data

L    Luhak Tanah Datar merupakan Luhak yang pertama kali didirikan, sehingga disebut Luhak Nan Tuo yang berarti Luhak yang tuaPenduduk Luhak Tanah Datar pada awalnya didominasi oleh pendatang asal India Selatan. Ini dibuktikan dengan banyaknya gelar bernuansa India yang dipakai oleh Datuk di Minangkabau, seperti Maharajo yang berasal dari kata Maharaj dan Rajo Indo yang berasal dari kata Rajendra. Di Luhak ini terdapat pemukiman penduduk bernama Nagari Pariangan, yang oleh masyarakat Minangkabau diyakini sebagai Nagari pertama di Minangkabau. Kerajaan pertama di Minangkabau pun juga terdapat Luhak ini, bernama Kerajaan Pasumayan Koto Batu.  Dari Luhak Tanah Datar inilah kemudian orang Minangkabau berkembang dan berpindah ke daerah lain seperti Luhak Limo Puluahdan Luhak Agam.

Wilayah Luhak Tanah Data meliputi daerah di sekitar kaki gunung Marapi bagian selatan sampai ke kaki gunung Sago bagian timur.

Luhak Tanah Data memiliki 2 daerah rantau, yaitu:

 Rantau Nan Kurang Aso Duo Puluah, meliputi: Lubuak Ambacang, Lubuak Jambi, Gunuang Koto, Benai, Pangian, Basra, Sitinjua, Kopa, Taluak Ingin, Inuman,Surantiah,Taluak Rayo,Simpang, Kulayang, Aia Molek, Pasia Ringgit, Kuantan, Talang Mamak, Kualo Thok.
Ujuang Darek Kapalo Rantaunya meliputi: Anduriang, Kayu Tanam, Guguak Kapalo Hilalang, Sicincin, Toboh Pakandangan, Duo Kali Sabaleh Anam Lingkuang, Tujuah Koto,Sungai Sariak


2      2.) Luhak Agam

Luhak yang kedua adalah luhak Agam, yang disebut juga luhak nan tangah atau luhak pertengahan. Menurut tambo, awal mula didirikannya Luhak Agam ialah perpindahan penduduk dari nagari Pariangan yang berlangsung selama empat periode. Periode pertama, melahirkan empat buah nagari, yakni Biar,Balai Gurah, Lambah dan Panampuang. Kemudian di periode kedua, melahirkan tiga buah nagari, yakni Canduang Koto Laweh, Kurai dan Banuhampu. Periode ketiga, melahirkan 4 buah nagari, yakni Sianok, Koto GadangGuguak dan Guguak Tabek Sarojo. Dan di periode keempat, melahirkan lima buah nagari, yakni SariakSungai PuarBatagak dan Batu Palano.
Kemudian lahir pula nagari-nagari lainnya seperti KapauGadutSalo , Koto BaruMagekTilatang KamangTabek PanjangPincuran PutiKoto TinggiSimarasok dan Padang Tarok.

Luhak Agam juga memiliki daerah-daerah rantau, yaitu:

Nagari-nagari pantai barat Sumatera, Pasaman Barat, Pasaman Timur, Panti, Rao, Lubuak Sikapiang
Ujuang Darek Kapalo Rantaunya Palembayan :Silareh Aia, Lubuak Basuang, Kampuang Pinang, Simpang Ampek, Sungai Garinggiang, Lubuak Bawan, Tigo Koto, Garagahan, Manggopoh.


3      3.) Luhak Limopuluah Koto

Luhak yang terakhir ialah Luhak Limopuluah Koto, atau disebut juga luhak nan bungsu. Menurut Tambo, nagari-nagari yang ada di luhak Limopuluah terdiri dari lima bagian, yakni:

§ 1.  Sandi
Dari Bukik Sikabau Hilia sampai ke Muaro Mudiak, dari Nasi Randam sampai ke Padang Samuik. Nagarinya adalah Koto nan Gadang dan Koto nan Ampek.

§  2. Luhak
Dari Mungo Mudiak sampai ke Limbukan, Mungo, Koto Kaciak, Andaleh, Tanjuang Kubu, Banda Tunggang, Sungai Kamuyang, Aua Kuniang, Tanjuang Patai, Gadih Angik, Padang Karambia, Limau Kapeh, dan Aia Tabik Nan Limo Suku.

§  3. Lareh
Dari Bukik Cubadak sampai Padang Balimbiang, nagarinya adalah AmpaluHalabanLabuah GunuangTanjuang Gadang.

§  4. Ranah
Dari Gantiang, Koto Laweh, Suliki, Sungai Rimbang, Tiakar, Balai Mansiro, Talago, Balai Kubang, Taeh, Simalanggang, Piobang, Sungai Baringin, Gurun, Luhak Batingkok, Torantang, Sari Lamak, Padang Laweh.

§  5. Hulu
Dari Padang Laweh, Sungai Patai, Suliki, Gunuang Sago, Labuah Gunuang, Balai Koto Tinggi
Sama dengan luhak-luhak sebelumnya, luhak Limo Puluah Koto juga memiliki daerah rantau, yakni: Mangilang, Tanjuang Balik, Pangkalan, Koto Alam, Gunuang Malintang, Muaro Paiti, Rantau Barangin, Rokan Pandalian, Kuatan Singingi, Gunuang Sailan, Kuntu, Lipek Kain, Ludai, Ujuang Bukik, Sanggan, Tigo Baleh Koto Kampar, Sibiruang, Gunuang Malelo, Tabiang, Tanjuang, Gunuang Bungsu, Muaro Takuih, Pangkai, Binamang, Tanjuang Abadi, Pulau Gadang, Baluang Koto Sitangkai, Tigo Baleh, Lubuak Aguang, Limo Koto Kampar Kuok, Salo, Bangkinang, Rumbio, Aia Tirih, Taratak Buluah, Pangkalan Indawang, Pangkalan Kapeh, Pangkalan Sarai, Koto Laweh.
Itulah asal mula daerah Minangkabau, yang terdiri dari kelarasan atau suku dan tiga luhak yang berkembang menjadi banyak suku dan daerah-daerah.



2. ) KEBUDAYAAN


a      1. Tabuik
Sumatera barat memiliki kebudayaan yang unik dan menarik.salah satu kebudayaan yang terkenal ialah tabuik. Tabuik berasal dari daerah Pariaman, tabuik merupakan sebuah ritual di kota Pariaman yang menjadi agenda pariwisata tahunan yang diadakan setiap tanggal 1-10 Muharam (kalender Islam).
Menurut cerita tabuik merupakan upacara peringatan kematian putra nabi Ibrahim disaat perang. Dimana acara tabuik tersebut dilakukan 10 hari 10 malam. Sebelum upacara Tabuik dilaksanakan, Tabuik dibuat oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yakni kelompok Pasar dan kelompok Subarang.Kedua tempat ini dipisahkan oleh sungai yang membelah kota Pariaman. Dahulu, selama prosesi pembuatan "Tabuik" ada serangkaian kegiatan seni yang diselenggarakan seperti "Pencak silat", permainan gendang "Tasa", kompetisi layang-layang tradisional, musik islam, pemilihan "Cik Uniang dan Ajo " kota Pariaman (pemuda dan pemudi kota Pariaman). Acara puncaknya ialah arak-arakan tabuik yang telah dibuat oleh kedua kelompok tersebut. Tabuik yang dibuat oleh kedua tempat ini terdiri dari dua bagian (atas dan bawah) yang dapat mencapai tinggi 12 meter. Bagian atas mewakili keranda berbentuk menara yang dihiasi dengan bunga dan kain beludru berwarna-warni. Sedangkan, bagian bawah berbentuk tubuh kuda, bersayap, berekor dan berkepala manusia berambut panjang. Kuda itu dibuat dari rotan dan bambu dengan dilapisi kain beludru halus warna hitam dan pada empat kakinya terdapat gambar kalajengking menghadap ke atas. Kuda tersebut adalah simbol Bouraq, kendaraan yang memiliki kemampuan terbang secepat kilat dan digunakan saat Isra Miraj Nabi Muhammad Saw. Buraq dipercaya membawa Imam Hussein ke langit. Kedua bagian ini akan dirakit dengan bagian atas membawa beramai-ramai untuk digabungkan dengan bagian bawah. Setelah itu, berturut-turut dipasang sayap, ekor, bunga-bunga salapan dan terakhir kepala. Untuk menambah semangat pembawa Tabuik biasanya disertai dengan musik gendang "Tasa".
Gendang Tasa adalah sebutan bagi kelompok pemain gendang yang berjumlah tujuh orang. Mereka bertugas mengiringi acara penyatuan tabuik (tabuik naik pangkat).


b      2. Randai
Salah satu kebudayaan yang tak kalah populer di Sumatera Barat ialah randai, randai adalah kesenian tradisional dimana di dalam kesenian ini merangkum semua jenis permainan anak nagari, seperti tarian, nyanyian, musik, cerita mengenai keseharian masyarakat Minangkabau, dan pencak silat. Dahulu  Randai berisikan sebuah nasihat yang wajib diketahui dan dipatuhi oleh masyarakat Minangkabau. Namun sekarang, randai kebanyakan dijadikan hiburan pada saat acara perkawinan dan perelatan lainnya.alat musik yang biasa digunakan saat menyelenggarakan randai ialah talempong, saluang, gendang, rabab dan alat musik pendukung lainnya.



Kebudayaan Sumatera Selatan


KEBUDAYAAN SUMATERA SELATAN

1.) Sejarah
Sumatera Selatan atau pulau Sumatera bagian selatan yang dikenal sebagai provinsi Sumatera Selatan didirikan pada tanggal 12 September 1950 yang awalnya mencakup daerah Jambi, Bengkulu, Lampung, dan kepulauan Bangka Belitung dan keempat wilayah yang terakhir disebutkan kemudian masing-masing menjadi wilayah provinsi tersendiri akan tetapi memiliki akar budaya bahasa dari keluarga yang sama yakni bahasa Austronesia proto bahasa Melayu dengan pembagian daerah bahasa dan logat antara lain seperti Palembang, Ogan, Komering, Musi, Lematang dan masih banyak bahasa lainnya.
Menurut sumber antropologi disebutkan bahwa asal usul manusia Sumatera bagian selatan dapat ditelusuri mulai dari zaman paleolitikum dengan adanya benda-benda zaman paleolitikum pada beberapa wilayah antara lain sekarang dikenal sebagai Kabupaten Lahat, Kabupaten Sarolangun Bangko, Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Tanjung Karang yakni desa Bengamas lereng utara pergunungan Gumai, di dasar (cabang dari Sungai Musi) sungai Saling, sungai Kikim lalu di desa Tiangko Panjang (Gua Tiangko Panjang) dan desa Padang Bidu atau daerah Podok Salabe serta penemuan di Kalianda dan Kedaton dimana dapat ditemui tradisi yang berasal dari acheulean yang bermigrasi melalui sungai Mekong yang merupakan bagian dari bangsa Monk Khmer.
Provinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya; pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan pusat kerajaan Sriwijaya yang juga terkenal dengan kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Nusantara. Gaung dan pengaruhnya bahkan sampai ke Madagaskar di Benua Afrika.
Sejak abad ke-13 sampai abad ke-14, wilayah ini berada di bawah kekuasaan Majapahit. Selanjutnya wilayah ini pernah menjadi daerah tak bertuan dan bersarangnya bajak laut dari Mancanegara terutama dari negeri China.
                                                                                             
2.) Nilai Budaya
Kebudayaan Sumatera Selatan
Sumatera Selatan adalah salah satu provinsi Indonesia yang terletak di bagian selatan Pulau Sumatera. Provinsi ini beribukota di Palembang. Secara geografis provinsi Sumatera Selatan berbatasan dengan provinsi Jambi di utara, provinsi Kep. Bangka Belitung di timur, provinsi Lampung di selatan dan Provinsi Bengkulu di barat. Provinsi ini kaya akan sumber daya alam, seperti minyak bumu dan gas alam dan batu bara. Selain itu ibu kota provinsi Sumatera Selatan, Palembang, telah terkenal sejak dahulu karena menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya.
Di samping itu, provinsi ini banyak memiliki tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi seperti Sungai Musi, Jembatan Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, Kota Pagaralam dan lain-lain. Karena sejak dahulu telah menjadi pusat perdagangan, secara tidak langsung ikut memengaruhi kebudayaan masyarakatnya. Makanan khas dari provinsi ini sangat beragam seperti pempek, model, tekwan, pindang patin, pindang tulang, sambal jokjok, berengkes dan tempoyak.

3.) Berdasarkan Tarian
Seni Tari dapat menunjukan ciri khas suatu daerah demikian juga Kota Palembangmemiliki berbagai tarian baik trandisional maupun modern yang merupakan hasil kreasi dari seniman local

1. Tari Gending Sriwijaya 
Tari ini ditampilkan secara khusus untuk menyambut tamu-tamu agung seperti kepala Negara, Duta Besar dan Tamu-tamu agung lainnya. Tari Gending Sriwijaya Hampir sama dengan tari Tanggai, perbedaannya terletak pada penggunaan tari jumlah penari dan perlengkapan busana yang dipakai. Penari Gending Sriwijaya seluruhnya

2. Tari Tanggai
Tari tanggai dibawakan pada saat menyambut tamu-tamu resmi atau dalam acara pernikahan. Umumnya tari ini dibawakan oleh lima orang dengan memakai pakaian khas daerah seperti kaian songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang, kembang urat atau rampai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai busana khas daerah para penari kelihatan anggun dengan busana khas daerah. Tarian menggambarkan masyarakat palembang yang ramah dan menghormati, menghargai serta menyayangi tamau yang berkunjung ke daerahnya

3. Tari Tenun Songket
Tari ini menggambarkan kegiatan remaja putri khususnya dan para ibu rumah tangga di Palembang pada umumya memanfaatkan waktu luang dengan menenun songket

4. Tari Rodat Cempako
Tari ini merupakan tari rakyat bernafaskan islam. Gerak dasar tari ini diambil dari Negara asalnya Timur Tengah, seperti halnya dengan tari Dana Japin dan Tari Rodat Cempako sangat dinamis dan lincah

5. Tari Mejeng Besuko
Tari ini melukiskan kesukariaan para remaja dalam suatu pertemuan mereka .Mereka bersenda gurau mengajuk hati lawan jenisnya. Bahkan tidak jarang diantara mereka ada yang jatuh hati dan menemukan jodohnya melalui pertemuan seperti ini

6. Tari Madik (Nindai)
Masyarakat Palembang mempunyai kebiasaan apabila akan memilih calon, orang tua pria terlebih dahulu dating kerumah seorang wanita dengan maksud melihat dan menilai (madik dan nindai) gadis yang dimaksud. Hal yang dinilai atau ditindai itu, antara lain kepribadiannya serta kehidupan keluarganya sehari-hari. Dengan penindaian itu diharapkan bahwa apabila si gadis dijadikan menantu dia tidak akan mengecewakan dan kehidupan mereka akan berjalan langgeng sesuai dengan harapan pihak keluarga mempelai pria

7. Dul Muluk
Dul muluk adalah salah satu kesenian tradisional yang ada di Sumatera Selatan biasanya seni Dul Muluk ini dipentaskan pada acara yang bersifat menghibur, seperti pada acara : pernikahan pergelaran tradisional dan panggung hiburan

4.) Berdasarkan Rumah Adat
Rumah Limas merupakan prototype rumah tradisional Palembang, selain ditandai denagn atapnya yang berbentuk limas, rumah limas ini memiliki ciri-ciri; – Atapnya berbentuk Limas – Badan rumah berdinding papan, dengan pembagian ruangan yang telah ditetapkan (standard) bertingkat-tingkat.(Kijing) – Keseluruhan atap dan dinding serta lantai rumah bertopang di atas tiang-tiang yang tertanam di tanah – Mempunyai ornamen dan ukiran yang menampilkan kharisma dan identitas rumah tersebut Kebanyakan rumah Limas luasnya mencapai 400 sampai 1.000 meter persegi atau lebih, yang didirikan di atas tiang-tiang kayu Onglen dan untuk rangka digunakan kayu tembesu Pengaruh Islam nampak pada ornamen maupun ukiran yang terdapat pada rumah limas. Simbas (Platy Cerium Coronarium) menjadi symbol utama dalam ukiran tersebut. Filosofi tempat tertinggi adalah suci dan terhormat terdapat pada arsitektur rumah limas.
Ruang utama dianggap terhormat adalh ruang gajah (bahasa kawi= balairung) terletak ditingkat teratas dan tepat di bawah atap limas yang di topang oleh Alang Sunan dan Sako Sunan.
Diruang gajah terdapat Amben (Balai/tempat Musyawarah) yang terletak tinggi dari ruang gajah (+/- 75 cm). Ruangan ini merupakan pusat dari Rumah Limas baik untuk adat, kehidupan serta dekorasi. sebagai pembatas ruang terdapat lemari yang dihiasi sehingga show/etlege dari kekayaan pemiliki rumah.
Pangkeng (bilik tidur) terdapat dinding rumah, baik dikanan maupun dikiri. Untuk memasuki bilik atau Pangkeng ini, kita harus melalui dampar (kotak) yang terletak di pintu yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan rumah tangga. Pada ruang belakang dari segala terdapat pawon (dapur) yang lantainya sama tingkat dengan lantai Gegajah tetapi tidak lagi dibawah naungan atap pisang sesisir.
Dengan bentuk ruangan dan lantai berkijing-kijing tersebut, maka rumah Limas adalah rumah secara alami mengatur keprotokolan yang rapi, tempat duduk para tamu disaat sedekah sudah ditentukan berdasarkan status tersebut di masyarakat.

5.) Berdasarkan Makanan Khas
Kota ini memiliki komunitas Tionghoa cukup besar. Makanan seperti pempek atau tekwan yang terbuat dari ikan mengesankan “Chinese taste” yang kental pada masyarakat Palembang.
·         Pempek, makanan khas Palembang yang telah terkenal di seluruh Indonesia. Dengan menggunakan bahan dasar utama daging ikan dan sagu, masyarakat Palembang telah berhasil mengembangkan bahan dasar tersebut menjadi beragam jenis pempek dengan memvariasikan isian maupun bahan tambahan lain seperti telur ayam, kulit ikan, maupun tahu pada bahan dasar tersebut. Ragam jenis pempek yang terdapat di Palembang antara lain pempek kapal selam, pempek lenjer, pempek keriting, pempek adaan, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek lenggang, pempek panggang, pempek belah dan pempek otak – otak. Sebagai pelengkap menyantap pempek, masyarakat Palembang biasa menambahkan saus kental berwarna kehitaman yang terbuat dari rebusan gula merah, cabe dan udang kering yang oleh masyarakat setempat disebut saus cuka (cuko).

·         Tekwan, makanan khas Palembang dengan tampilan mirip sup ikan berbahan dasar daging ikan dan sagu yang dibentuk kecil – kecil mirip bakso ikan yang kemudian ditambahkan kaldu udang sebagai kuah, serta soun dan jamur kuping sebagai pelengkap.

·         Model, mirip tekwan tetapi bahan dasar daging ikan dan sagu dibentuk menyerupai pempek tahu kemudian dipotong kecil kecil dan ditambah kaldu udang sebagai kuah serta soun sebagai pelengkap. Ada 2 jenis model, yakni Model Ikan (Model Iwak) dan Model Gandum (Model Gendum).

Kebudayaan Sumatera Utara



KEBUDAYAAN SUMATERA UTARA


Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di Pulau Sumatera, Indonesia dan beribukota di Medan.

Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi besar di Indonesia dengan luas daerah yang mencapai 72.981,23 km2, selain itu juga merupakan provinsi padat penduduk dengan jumlah sebanyak 12 juta jiwa. Dari sekian total tersebut, masih dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan kategori wilayah, bahasa yang digunaka, agama yang dianut, ataupun seni budaya yang memiliki keunikan tersendiriyakni Melayu Pesisir yang bermukim disekitar Selat Malaka, Batak dan Mandailing yang berasal dari Tapanuli Selatan, dan Nias kepulauan lepas pantai barat. Sementara beberapa etnik lainnya tinggal di Kota Medan yang menjadi pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Utara meski disana lebih didominasi oleh orang Cina dan India.
Etnis Batak banyak terdapat disekitar Danau Toba Sumatera Utara yang sudah sangat terkenal keindahan alamnya. Suku Batak disana sendiri juga terbagi menjadi enam kelompok budaya dengan masing-masing kelompok memiliki bahasa, tradisi, ataupun upacara adat yang berbeda satu sama lain. Meskipun jika dilihat dari segi geografis masyarakat Batak di Danau Toba Sumatera Utara berada jauh dari dunia luar namun untuk kegiatan perekonomian sudah berjalan dengan lancar. Untuk urusan medis, suku Batak masih lebih mempercayai akan kemampuan dukun dibandingkan dokter sebab kepercayaan mereka bahwa penyakit itu bersumber dari kondisi jiwa dimana saat sakit terlepas dari raga.
Selain suku Batak, juga terdapat beberapa suku lain di Sumatera Utara yakni Suku Melayu, Suku Nias, Suku Pakpak, Suku Karo, Suku Simalungun, Suku Angkola, Suku Padang Lawas, Suku Jawa serta Suku Tionghoa. Bahasa yang digunakan pun juga beraneka ragam disamping penggunaan bahasa Indonesia tergantung dari daerah serta suku masing-masing yang memiliki bahasa daerah sendiri. Untuk rumah tradisional Sumatera Utara sangat identik dengan rumah panggung dengan bentuk atap lancip beserta garis tinggi mendatar. Untuk rumah ini biasanya yang atas untuk dihuni sementara untuk bagian bawah sebagai tempat memelihara hewan ternak. Meski secara arsitektur banyak kemiripan namun pada dasarnya setiap suku di Sumatera Utara memiliki bentuk rumah dengan ciri khas tersendiri.
Sumatera Utara juga memiliki sejumlah alat musik tradisional, biasanya yang dimainkan berdasarkan acara adat atau upacara saat itu namun lebih banyak dari jenis genderang. Salah satu alat musik tradionalnya adalah Sikambang yakni serangkain alat musim dari Etnis Pesisir. Tak hanya alat music, Sumatera Utara juga terdapat banyak jenis tarian yang bisa dijumpai dalam sejumlah acara adat seperti tari guru, tari tungkat, tari profan, tari tartor, tari morah-morah, tari parakut, tari sipajok, tari patam-patam sering, tari kebangkiung, tari Serampang XII dan beberapa tarian lainnya. Sementara untuk rutinitas, sejumlah suku sangat 

Kamis, 29 Maret 2018

Kebudayaan Yogyakarta



 KEBUDAYAAN YOGYAKARTA



BERDIRINYA KOTA JOGJAKARTA

Keberadaan Kota Yogyakarta tidak bisa lepas dari keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Pangeran Mangkubumi yang memperjuangkan kedaulatan Kerajaan Mataram dari pengaruh Belanda. Setelah melalui perjuangan yang panjang, pada hari Kamis Kliwon tanggal 29 Rabiulakhir 1680 atau bertepatan dengan 13 Februari 1755, Pangeran Mangkubumi yang telah bergelar Susuhunan Kabanaran menandatangani Perjanjian Giyanti atau sering disebut dengan Palihan Nagari . Palihan Nagari inilah yang menjadi titik awal keberadaan Kasultanan Yogyakarta. Pada saat itulah Susuhunan Kabanaran kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I. Setelah Perjanjian Giyanti ini, Sri Sultan Hamengku Buwana mesanggrah di Ambarketawang sambil menunggui pembangunan fisik kraton.

1.) Tradisi Sekaten Keraton Yogyakarta 

Setiap tanggal tiap tanggal 5 bulan jawa mulud (Rabiul Awal tahun hijriah) di alun-alun utara Yogyakarta. Sekaten Jogja/Yogyakarta adalah tradisi kuno yang awal mulanya dikonsepkan oleh Sunan Kalijaga. Dari pengenalan Islam menuju syiar Islam yang dikemas dalam pasar malam berbalut tradisi kerajaan Jawa.Sekaten sendiri dalam sejarahnya memang diadakan dalam rangka menyebarkan ajaran Islam, dimana kelahiran Nabi Mohammad SAW di pilih sebagai medianya. Tradisi kuno ini telah dimulai sejak Kerajaan Demak dan berlangsung hingga sekarang di Kasultanan Yogyakarta, dan Kasunanan Surakarta.



2.) Aspek Seni
                                                             
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki banyak sekali kesenian. Baik itu kesenian budaya seperti tari-tarian ataupun seni kerajinan seperti batik dan wayang.


3.) Asal - Usul 

Asal usul sekaten berasal dari kata sekati, yaitu nama gamelan pusaka Kyai Sekati milik Kerajaan Demak. Gamelan sendiri adalah media hiburan yang digemari saat itu. Sehingga Sunan Kalijaga memanfaatkan gamelan dan tetabuhan yang dimainkan di halaman Masjid Agung untuk menarik perhatian masyarakat pada waktu itu yang sebagian besar belum masuk Islam dan belum mengetahui ajaran Islam. 


4.) Batik

Beberapa motif batik khas yogyakarta dan maknanya :

1. Motif batik Kawung
2. Motif Batik Parang Kusumo
3. Motif Batik Truntum
4. Motif Batik Tambal
5. Motif Batik Simbar Lintang
6. Motif Batik Cakar Ayam
7. Motif Batik Sida Luhur
8. Motif Batik Sida Mukti


5.) Kesenian Yogyakarta

1. KETOPRAK

Ketoprak adalah kesenian tradisional yang penyajiannya dalam bahasa Jawa ceritanya bermacam-macam berisi dialog tentang sejarah sampai cerita fantasi serta biasanya selalu didahului dengan tembang Jawa.

2. KARAWITAN

Musik gamelan tradisional Jawa yang dimainkan oleh sekelompok Wiyaga dan diiringi oleh nyayian dari Waranggono dan Wiraswara 

3. JATHILAN

Merupakan tarian yang penarinya menggunakan kuda kepang dan dilengkapi unsur magis. Tarian ini digelar dengan irinhgan beberapa jenis alat gamelan seperti Saron, kendang dan gong.

4. SENDRATARI RAMAYANA

Salah satu sendratari yang terkenal adalah sendratari Ramayana. Sendratari Ramayana mempunyai keistimewaaan tersendiri karena ceritanya mengisahkan antara pekerti yang baik melawan sifat jahat yang terjelma dalamdiri Rahwana.

5. WAYANG KULIT

Wayang kulit biasanya dibuat dari kulit kerbau atau kulit lembu. Wayang kulit kini telah menjadi warisan budaya nasional dan sudah sangat terkenal di dunia 


6.) Candi Di Yogyakarta 

CANDI BOROBUDUR
CANDI PRAMBANAN


7.) Kerajinan Perak Kotagede Yogyakarta

Perak dari kotagede diminati banyak orang karena mempertahankan cara pembuatannya yang serba manual dan tidka menggunakan mesin sama sekali. Jenis-jenis produk yang ditawarkan di antaranya adalah filigri (memiliki tekstru berlubang-lubang). Tata ukir (memiliki tekstur menonjol) , dan casting (dicetak). Terdapat pula produk-produk yang memerlukan keterampilan tangan secara khusus, misalnya cincin dan kalung.

Kerajinan perak kotagede sangat menonjolkan kebudayaan setempat. Bentuk-bentuk ornamennya terinspirasi dari motif-motif batik yang cantik. Selain itu bentuk-bentuk pajangan perak umumnya berupa miniatur kehidupan masyarakat jawa, misalnya andong, becak, dan sebagainya.


8.) Kesenian Kontemporer

Seni kontemporer juga tumbuh dalam suburnya kebudayaan dan masyarakat Yogyakarta. ASRI, Akademi Seni Rupa, sebagai contoh, merupakan pusat kesenian di Yogya, dan Yogyakarta telah mencatatkan namanya sebagai sebuah sekolah seni lukis modern penting di Indonesia. Yogyakarta dikenal sebagai pusat seni kontemporer di Indonesia Dibandingkan dengan Jakarta dan Bandung, Yogyakarta merupakan kota yang lebih nyaman bagi seniman. Tidak heran, hampir setiap hari ada pembukaan pameran, konser, dan kegiatan seni budaya diselenggarakan oleh komunitas seniman. Tidak hanya menciptakan berbagai acara, para seniman ini pun menjalankan banyak program sosial di masyarakat meski dikemas dalam praktik artistik untuk menyampaikan pesan dan perannya pada masyarakat.

Kebudayaan Aceh

KEBUDAYAAN ACEH BAHASA ACEH Diantara bahasa-bahasa daerah yang terdapat di provinsi NAD, bahasa Aceh merupakan bahasa daerah ter...